Pages

DATA DAN PETA FORMAT *.CMF HASIL PROYEK PERUBAHAN LATPIM 4

Penyediaan Data dan Peta dalam proyek ini merupakan suatu upaya untuk mengumpulkan, mengelola, dan menyediakan data dan peta kehutanan pada seksi inventarisasi dan perpetaan hutan. Data tersebut berupa data spasial (peta) dan data atribut (tabular) yang menyertainya. Data dan peta dimaksud nantinya akan diintegrasikan melalui suatu program GIS (Geographic Information System) kemudian diolah sesuai kebutuhan informasi dan dikonversi menjadi suatu format data (*.cmf) yang dapat dibaca melalui aplikasi smartphone (Android, Windows Mobile, IOS), sehingga berbagai pihak dapat memanfaatkan data-data ini secara maksimal, interaktif dan lebih mudah.

LAHAN KRITIS
IZIN PEMUNGUTAN HASIL HUTAN BUKAN KAYU
KAWASAN HUTAN

PROFIL DINAS

Latar Belakang
Dinas Kehutanan Dan Perkebunan Kabupaten Tana Toraja terbentuk berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Tana Toraja Nomor : 10 Tahun 2008 Tanggal 11 Oktober 2008 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Tana Toraja.
Visi dan Misi
Visi Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Tana Toraja adalah :
“Terwujudnya kelestarian fungsi hutan sebagai penyanggah kehidupan dan meningkatkan hasil kebun untuk kesejahteraan rakyat guna mendukung pembangunan daerah.”
Misi Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Tana Toraja adalah :
1. Melindungi dan mengamankan kawasan hutan dan kebun/melestarikan hutan
2. Rehabilitasi lahan kritis dan perluasan hutan rakyat
3. Mengembangkan dan meningkatkan hasil kebun dan hortikultura
4. Melaksanakan pengelolaan sumber daya hutan dan kebun sesuai asas kelestarian dan optimilisasi manfaat.
Tugas Pokok dan Fungsi
Sesuai dengan pasal 58, Perda Kabupaten Tana Toraja Nomor. 10 Tahun 2008,  Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Tana Toraja tugas pokok Dinas Kehutanan dan Perkebunan  adalah melaksanakan kewenangan otonomi daerah di bidang Kehutanan dan Perkebunan untuk menyelenggarakan tugas pokok tersebut dinas Kehutanan dan Perkebunan mempunyai fungsi yaitu :
a) Perumusan kebijakan teknis di bidang Kehutanan dan Perkebunan;
b) Pemberian perizinan dan pelaksanaan pelayanan umum;
c) Pembinaan terhadap UPT Dinas di bidang Kehutanan dan Perkebunan dan
 d) Pengelolaan urusan ketatausahaan dinas.
Organisasi
Dinas Kehutanan Dan Perkebunan Kabupaten Tana Toraja merupakan unsur pelaksana Pemerintah Daerah yang dikepalai oleh seorang Kepala Dinas yang bertanggungjawab kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah, terdiri dari : 1) Sekretariat, 2) Bidang Pengusahaan dan Inventarisasi Hutan (PIH),           3) Bidang Perlindungan dan Bina Hutan (PBH), 4) Bidang Pengembangan Kelembagaan Usaha dan Perlindungan Perkebunan (PKUP2), 5) Bidang Pengolahan dan Pemasaran Perkebunan (P3), 6) Unit Pelaksana Teknis (UPT) dan 7) Kelompok Jabatan Fungsional

ADMINISTRASI

Kabupaten Tana Toraja terbentuk berdasarkan Undang-Undang NO. 29 Tahun 1959. Secara geografis Kabupaten Tana Toraja terletak antara 2°45'00"-3°22'50" Lintang Selatan dan 119°23'30"-122 °10'00" Bujur Timur, memiliki luas wilayah 208.500 hektar. Adapun batas-batas administrasi Kabupaten Tana Toraja adalah sebagai berikut:
  •   Sebelah Utara                    : Kab Toraja Utara dan Kab Mamuju
  •   Sebelah Selatan                 : Kab Enrekang dan Kab Pinrang
  •   Sebelah Timur                   : Kab Luwu
  •   Sebelah Barat                    : Kab Mamasa dan Kab Polewali Mandar
Berdasarkan administrasi pemerintahan Kabupaten Tana Toraja termasuk dalam wilayah Propinsi Sulawesi Selatan dan terbagi atas 19 kecamatan dan 159 lembang/kelurahan.

LAHAN KRITIS

Penyebaran Lahan Kritis di Kabupaten Tana Toraja hampir pada semua kawasan hutan baik hutan produksi maupun hutan lindung, Lahan Kritis terjadi pula pada lahan-lahan di luar kawasan hutan sehingga secara kumulatif akan berakibat pada semakin kritisnya kondisi Daerah Aliran Sungai (DAS). Luas lahan kritis (di dalam maupun di luar kawasan hutan) di Kabupaten Tana toraja sampai Tahun 2010 meliputi : kriteria sangat kritis 68.643 Ha, kritis mencapai 43.235 Ha, agak kritis seluas 16.707 Ha dan Tidak kritis seluas 79.919 Ha. lahan kritis tersebut sebagian besar tersebar di didalam kawasan hutan terutama pada Kawasan hutan Lindung yaitu seluas 43.885 Ha dengan tingkat kekritisan mulai dari Sangat Kritis (SK) sampai dengan Agak Kritis (AK), pada Kawasan hutan produksi terbatas lahan kritis seluas 13.115 Ha, sedangkan pada Areal penggunaan lain (APL) terdapat lahan kritis seluas 71.585 Ha dengan tingkat kekritisan Agak Kritis sampai Sangat Kritis. Sebagian besar lahan kritis yang ada di kabupaten Tana Toraja terdapat di Kecamatan Simbuang, Kecamatan Bonggakaradeng dan Kecamatan Masanda.


 

KAWASAN HUTAN


Berdasarkan Peta Penujukan Kawasan Hutan dan Konservasi Perairan No.SK.434/KPTS-II/2009 Tanggal 23 Juli 2009. Alokasi penggunaan lahan dan kawasan hutan di Kabupaten Tana Toraja adalah sebagai berikut :

1.    Kawasan Hutan Lindung seluas 92.628 ha

2.    Kawasan Hutan Produksi Terbatas  seluas 20.175 ha

3.    Kawasan Penggunaan Lainnya/APL (Perkebunan, Pertanian, Peternakan, Pertambangan, Pemukiman dan Industri, dll) seluas 95.447 ha.

Kawasan hutan tersebut terbagi dalam beberapa kelompok hutan antara lain : Kelompok Hutan  Buntu Massila/Buntu Karua (HL dan HPT), Kelompok Hutan Latimojong (HL), Kelompok Hutan Tumborera (HL), Kelompok Hutan Batualu (HPT), Kelompok Hutan Mapongka (HPT), Kelompok Hutan Ponean (HPT), Kelompok Hutan Buntu Gasing/Buntu Ambeso (HPT).


IKLIM


Keadaan iklim di Kabupaten Tana Toraja termasuk dalam kategori tipe iklim B (iklim basah) menurut klasifikasi Schmidt dan Ferguson yang secara umum ditandai dengan curah hujan yang relatif tinggi. Berdasarkan hasil pengamatan dari berbagai Stasiun pengamat curah hujan yang ada di Kabupaten Tana Toraja data dalam lima tahun terakhir (2003-2008) memperlihatkan curah hujan bulanan rata-ratanya berkisar antara 29,37 – 552,6 mm. Temperatur harian rata-rata berkisar antara 18°C- 23°C, kelembaban nisbi rata-rata antara 68%-84%. Laju kecepatan angin rata-rata adalah 2,4 knot dengan kecepatan max antara 15-25 knot.

GEOLOGI


Dalam satuan litotektonik Sulawesi, wilayah Kabupaten Tana Toraja merupakan daerah busur magmatik bagian barat yang di intrusif oleh batuan asam dan volkanik. Secara umum stratigrafi Kabupaten Tana Toraja dicirikan oleh singkapan-singkapan batuan sedimen, dan batugamping yang terbentuk pada zaman tersier dan kuarter. Struktur geologi didominasi oleh struktur lipatan dan zone sesar geser yang umumnya berarah utara-selatan. Pada bagian tengah wilayah struktur batuan dicirikan oleh adanya pelipatan sinklin yang menyebabkan singkapan batuan berupa bukit-bukit karts antara lain ; Buntu Tinoring (1278 m), Buntu Kandora (1314 m), Buntu Burake (1094 m). singkapan-singkapan batuan ini dapat disaksikan di sepanjang jalan utama kabupaten.
          Berdasarkan Peta Geologi Regional Skala 1 : 250.000 lembar Majene (2013) dan lembar Palopo Bagian Barat (2012) yang dipublikasikan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi (1998) jenis batuan di Kabupaten Tana Toraja terdiri atas batuan gunung api, batuan sedimen, batuan metamorfik dan batuan beku. Kelompok batuan tertua merupakan batuan Formasi Latimojong (Kls) yang terbentuk pada periode kapur akhir sedangkan satuan batuan berumur paling muda adalah Formasi Tuff Baruppu’ (Qbt) yang terbentuk akibat aktivitas vulkanisme asam pada periode kuarter Berdasarkan ciri litologinya batuan-batuan tersebut dikelompokkan atas:
1.    Formasi Latimojong (Kls)
Satuan ini merupakan batuan metamorfik yang tertua dalam litologi Kabupaten Tana Toraja terbentuk pada era mesozoikum tepatnya pada periode kapur akhir. Batuannya terdiri dari batusabak, kuarsit, filit, batupasir kuarsa malih, batulanau malih dan pualam, setempat batulempung malih.
2.    Formasi Batuan Gunungapi Baturape-Cindako (Tpbv)
Satuan batuan ini terbentuk pada periode kapur tersier (paleosen), komposisi batuan penyusun berupa lava, breksi, tufa, konglomerat.
3.    Formasi Toraja (Tets)
Satuan ini merupakan batuan sedimen karbonat yang terbentuk pada kala eosen batuannya terdiri dari serpih, batugamping, batupasir kuarsa, konglomerat, dan setempat batubara
4.    Formasi Makale (Tomm)
Satuan ini merupakan batuan sedimen yang terbentuk pada periode tersier (Oligosen-Miosen awal). Batuannya berupa batugamping terumbu yang membentuk bukit-bukit karts.
5.    Formasi Date (Tomd)
Satuan ini tersusun dari napal yang diselingi batulanau gampingan dan batupasir gampingan. Terbentuk pada periode tersier (Oligosen-Miosen).
6.    Formasi Batuan Terobosan (Tmpi)
Satuan ini terdiri dari granit, granidiorit, riolit, diorit dan aplit. Merupakan batuan beku bersifat asam yang terbentuk pada periode tersier (Mio-Pliosen)
7.    Formasi Batuan Gunungapi Tineba (Tmtv)
Satuan ini merupakan hasil endapan vulkanik yang terbentuk pada kala miosen. Batuan yang menyusun berupa lava andesit, basalt dan latit kuarsa.
8.    Formasi Batuan Gunungapi Lompobattang (Tmpv)
Satuan ini berumur miosen batuannya berupa hasil erupsi parasit yang terbentuk kala (Mio-Pliosen).
9.    Formasi Walanae (Tmpw)
Satuan ini merupakan batuan yang terbentuk pada kala (Mio-Pliosen) terdiri dari batupasir, konglomerat, tufa, batulanau, batulempung, batugamping, napal. Lapisan permukaan batuan ini merupakan endapan sedimen dari sungai sa’dan.
10. Formasi Loka (Tml)
Satuan ini merupakan batuan yang terbentuk pada kala miosen akhir, merupakan batuan epiklastik gunungapi yang terdiri dari batupasir andesitan, batulanau, konglomerat dan breksi.
11. Formasi Tuf  Baruppu’ (Qbt)
Satuan ini merupakan satuan batuan berumur paling muda (holosen) yang terbentuk akibat aktivitas vulkanisme asam pada periode kuarter, batuannya tersusun dari tuf yang berkomposisi dengan dasit dan breksi serta lava yang bersusun dengan andesit dan dasit.

TANAH

Berdasarkan Peta Tanah Tinjau skala 1 : 250.000 LPT Bogor (1967), penyebaran Jenis tanah yang ada di Kabupaten Tana Toraja di dominasi oleh jenis tanah podsolik, alluvial hidromorf, mediteran, dan sebagian kecil dari jenis tanah kompleks rensina. Jenis tanah podsolik pada umumnya mempunyai kedalaman solum 0,4 – 1 m, pH antara 3,5 – 5,0 kandungan bahan organik rendah, permeabilitas sedang sampai cepat dan kemampuan menahan air rendah sehingga rawan terhadap erosi dan relatif tidak subur sedangkan Jenis tanah mediteran merupakan tanah yang berkembang dari bahan induk batuan kapur, kedalaman solum 1-2 m, tekstur lempung sampai berliat, pH antara 5,5 – 8,0, kandungan bahan organik rendah, tingkat kepekaan terhadap erosi sedang sampai tinggi dan produktifitas tanah sedang. Jenis tanah aluvial sebagian besar merupakan  hasil sedimen dari sungai saddang yang terakumulasi di wilayah kecamatan bonggakaradeng dan sekitarnya

VEGETASI

Vegetasi yang mendominasi wilayah Kabupaten Tana Toraja terdiri atas hutan pegunungan tanah kering dan hutan tanaman hasil reboisasi pada tahun 1970-an dengan jenis tanaman utama adalah Tusam (Pinus mercusii), selain itu juga terdapat beberapa jenis tanaman lainnya seperti Jati (Tectona Grandis), Buangin (Casuarina Junghunhiana), Sengon (Paraseriantes falcataria), Kemiri (Aleurites Moluccana), Bitti (Vitex cofassus), Asa (Castanopsis burnana), Jati Putih (Gmelina Arborea sp), Tarian (fragrae eliptica), Nato (Palaquium sp), Tinapu (Macadamia hildebran), Bakan (Litsea firma), Lasuna (Disoxylum alliaceum), Suren (Toonia sureni), Bambu (Bambusa sp), Damar (Agathis Spp), Tedokan (Alaecarpus Sp), Kalapi (Kalapia Celebium), Pangi (Pangium Edule), Pinang (Areacathecu L), Cendana (Santalum Album L), Beringin (Ficus Benjamina), Johar dan beberapa jenis dari family Moraceae, Dipterocarpaceae

HIDROLOGI

Wilayah Kabupaten Tana Toraja merupakan hulu dari 2 DAS utama yang ada di Sulawesi Selatan yaitu DAS Saddang dan DAS Paremang, kedua DAS tersebut mempunyai sistem aliran sungai effluent yaitu sumber air tanah berasal dari sungai dan air hujan dengan type sungai parennial yang alirannnya mengalir sepanjang tahun, hal ini dipengaruhi oleh faktor curah hujan yang cukup tinggi pada wilayah Kabupaten Tana Toraja. Kedua DAS tersebut mempunyai pola aliran yang kompleks (Dendritic, Pararel, Rectangular dan Karstic) yang dipengaruhi oleh struktur batuan, kerapatan drainase rata-rata adalah tinggi yaitu > 4,0 / km2. potensi sumberdaya air dari dua DAS ini dimanfaatkan oleh masyarakat untuk berbagai keperluan seperti air minum, irigasi dan sebagainya.